Senin, 23 April 2012

KEINDAHAN HIDUP DALAM NAUNGAN ISLAM

Setiap manusia tentu menghendaki kehidupan yang indah dan menyenangkan, tak hanya di dunia tentu pula di akhirat.  Di tengah kesulitan manusia meraih cita-cita tersebut, menjadi muslim sejati adalah modal utama yang tak ternilai harganya.  Namun, bagaimana meraih kesejatian muslim tersebut di tengah rusaknya tatanan kehidupan manusia.  Benarkah seorang muslim sejati akan meraih keindahan hidup?  Dan bagaimana pula keindahan itu bisa diwujudkan?

Konsekuensi Keimanan Seorang Muslim Menjadi muslim adalah pilihan yang disertai dengan kesadaran untuk menghamba sepenuhnya kepada Allah SWT (QS. Adz Dzariyat : 56).  Oleh karena itu, seorang mukmin akan tunduk patuh (taat) menerima semua ketentuan yang diberikan Allah SWT bagi kehidupannya dengan penuh kepasrahan (QS. An Nisaa : 65).  Allah SWT juga telah memerintahkan setiap muslim untuk menerima Islam secara kaaffah (seluruhnya), bukan sebagian-sebagian (QS.   Al Baqarah : 208).

Kesempurnan  Islam Allah SWT menurunkan Islam sebagai penuntun kehidupan manusia.  Bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, Islam sebagai agama (syariat) terakhir memiliki keunikan sehingga mampu menjadi pedoman hidup manusia, mampu menyelesaikan seluruh problematika manusia dan bisa mengantarkan manusia menuju kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.  (QS al Baqoroh : 2, QS. An Nahl :84).

Islam yang diturunkan melalui Rasulullah Muhammad saw ini begitu sempurna.  Aturannya mencakup seluruh perikehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan manusia lain, maupun dengan dirinya sendiri.  Dilihat dari kandungan hukum-hukumnya, Islam mengatur seluruh sisi kehidupan manusia baik bagi individu (seperti ibadah, makanan, pakaian, akhlak, dll), keluarga (seperti perikahan, waris, nasab, dll), masyarakat (seperti masalah muamalat, hubungan sosial, dll) maupun negara (seperti politik pemerintahan, ekonomi, keamanan, pendidikan, dll).

Itulah Islam yang dijadikan Allah SWT sebagai jalan menuju kebaikan hamba-hamba-Nya.  Islam tidak hanya mengatur ritualitas (ruhiyah, aqidah dan ibadah) semata.  Namun Islam juga mengatur aspek kemanusiaan (dimensi politis-sosial).  Berbeda dengan agama lain yang tidak memiliki aturan yang lengkap, maka Islam adalah agama yang syamil (lengkap).  Dengan kelengkapannya itulah Islam akan mampu memberi kebaikan.  Sebaliknya, jika Islam diterima sebagian-sebagian ia tidak akan menjadi rahmat bagi pemeluknya.  Maka benarlah jika Allah SWT memerintahkan setiap muslim untuk menerima Islam secara kaffah (sempurna, QS Al Baqoroh : 208).  Perwujudannya akan nampak dari seluruh perilaku kehidupannya, apakah sesuai dengan syariah Islam atau tidak.

Ironi Kehidupan Umat Islam Kini Meski Allah SWT secara tegas memerintahkan setiap muslim untuk menegakkan Islam secara kaffah, pada faktanya kini dijumpai banyaknya penyimpangan dari kewajiban tersebut.  Akibatnya Islam belum menjadi rahmat, kehidupan umat Islam pun diliputi banyak kesulitan.  Mari kita perhatikan kondisi umat Islam yang saat ini terpuruk.  Banyaknya problem umat  baik bidang ekonomi, politik kekuasan, sosial-keluarga, pendidikan, keamanan, dan lain-lain menunjukkan bahwa meski Islam menjadi agama mereka, namun keberkahan dari Allah SWT belum diturunkan kepada umat Islam.  Itu semua dikarenakan umat meninggalkan Islam, atau mengambil Islam hanya sebagian.

Peringatan Allah SWT berikut semestinya kita renungkan, QS Al Mu’minun : 71, QS Ar Ruum : 41.  Sungguh tak ada jalan lain untuk keluar dari persoalan tersebut melainkan jika kita membali kepada petunjuk Allah SWT, melalui pelaksanaan Islam secara sempurna.  Sebab, itulah yang dijanjikan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa (QS Al A’raf : 96).

Bangkit dari Keterpurukan Sejatinya, umat Islam adalah sebaik-baik umat (QS Ali Imran : 110).  Predikat ini selayaknya mendorong umat untuk maju melakukan perubahan.  Apalagi Allah SWT telah menyerahkan urusan kebangkitan ini kepada umat Islam sendiri.  Jika kaum muslim mau berusaha Allah pun akan memberikan kemenagan itu (QS. Ar Ra’du : 11, QS Muhammad  [47] : 7).

Dari sinilah, selayaknya umat Islam secara keseluruhan berusaha menghadirkan kembali Islam dalam bentuk yang bisa mengantarkan rahmat Allah SWT.  Kesadaran ini juga didorong oleh wasiat baginda Rasulllah saw. agar kita senantiasa menyibukkan diri pada urusan agama ini dan umat Islam.
"Barangsiapa di pagi hari perhatiannya kepada selain Allah, maka Allah akan berlepas dari orang itu. Dan barangsiapa di pagi hari tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin)". (al Hadits).

Dahulu kaum muslim berjaya karena menegakkan Islam secara sempurna.  Baginda Rasulullah saw. pun telah mencontohkan perikehidupan bermasyarakat yang melahirkan kesejahteraan, kedamaian, keamanan dan kemajuan bagi kaum muslim dalam berbagai sisi.  Tatanan kehidupan tersebut selanjutnya diteruskan oleh para khalifah sesudah beliau.  Para shahabat bersepakat untuk menjaga bentuk masyarakat yang dipimpin Rasulullah saw. tersebut karena mereka meyakini bentuk masyarakat ini adalah perkara yang diperintahkan syariat sehingga tidak boleh ditinggalkan.

Maka kaum muslim selama hampir 13 abad meneruskan bentuk masyarakat Islam yang dicontohkan baginda Nabi saw. itu.  Selama itu pula kaum muslim memperoleh kebaikan, bukan saja di sisi Allah SWT karena menerapkan syariat-Nya secara kaffah.  Namun juga kebaikan di hadapan manusia di seluruh penjuru dunia karena kemajuan peradaban yang pernah diraihnya. 

Masyarakat Islam yang menebar rahmat bagi seluruh alam pernah hadir dalam kurun perjalanan manusia di dunia ini.  Masyarakat inilah yang oleh para fuqoha (ulama) disebut dengan Khilafah Islamiyyah.  Bentuk masyarakat Islam inilah yang mengantarkan keindahan Islam secara hakiki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar