Setiap manusia tentu menghendaki kehidupan yang indah dan menyenangkan, tak
hanya di dunia tentu pula di akhirat. Di tengah kesulitan manusia meraih
cita-cita tersebut, menjadi muslim sejati adalah modal utama yang tak ternilai
harganya. Namun, bagaimana meraih kesejatian muslim tersebut di tengah
rusaknya tatanan kehidupan manusia. Benarkah seorang muslim sejati akan
meraih keindahan hidup? Dan bagaimana pula keindahan itu bisa diwujudkan?
Konsekuensi Keimanan Seorang Muslim Menjadi muslim adalah pilihan yang
disertai dengan kesadaran untuk menghamba sepenuhnya kepada Allah SWT (QS. Adz
Dzariyat : 56). Oleh karena itu, seorang mukmin akan tunduk patuh (taat)
menerima semua ketentuan yang diberikan Allah SWT bagi kehidupannya dengan
penuh kepasrahan (QS. An Nisaa : 65). Allah SWT juga telah memerintahkan
setiap muslim untuk menerima Islam secara kaaffah (seluruhnya), bukan
sebagian-sebagian (QS. Al Baqarah : 208).
Kesempurnan Islam Allah SWT menurunkan Islam sebagai penuntun
kehidupan manusia. Bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah, Islam sebagai
agama (syariat) terakhir memiliki keunikan sehingga mampu menjadi pedoman hidup
manusia, mampu menyelesaikan seluruh problematika manusia dan bisa mengantarkan
manusia menuju kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. (QS al Baqoroh :
2, QS. An Nahl :84).
Islam yang diturunkan melalui
Rasulullah Muhammad saw ini begitu sempurna. Aturannya mencakup seluruh
perikehidupan manusia, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan
tuhannya, manusia dengan manusia lain, maupun dengan dirinya sendiri.
Dilihat dari kandungan hukum-hukumnya, Islam mengatur seluruh sisi kehidupan
manusia baik bagi individu (seperti ibadah, makanan, pakaian, akhlak, dll),
keluarga (seperti perikahan, waris, nasab, dll), masyarakat (seperti masalah
muamalat, hubungan sosial, dll) maupun negara (seperti politik pemerintahan,
ekonomi, keamanan, pendidikan, dll).
Itulah Islam yang
dijadikan Allah SWT sebagai jalan menuju kebaikan hamba-hamba-Nya. Islam
tidak hanya mengatur ritualitas (ruhiyah, aqidah dan ibadah) semata.
Namun Islam juga mengatur aspek kemanusiaan (dimensi politis-sosial).
Berbeda dengan agama lain yang tidak memiliki aturan yang lengkap, maka Islam
adalah agama yang syamil (lengkap). Dengan kelengkapannya itulah Islam
akan mampu memberi kebaikan. Sebaliknya, jika Islam diterima sebagian-sebagian
ia tidak akan menjadi rahmat bagi pemeluknya. Maka benarlah jika Allah
SWT memerintahkan setiap muslim untuk menerima Islam secara kaffah (sempurna,
QS Al Baqoroh : 208). Perwujudannya akan nampak dari seluruh perilaku
kehidupannya, apakah sesuai dengan syariah Islam atau tidak.
Ironi Kehidupan Umat Islam Kini Meski Allah SWT secara tegas
memerintahkan setiap muslim untuk menegakkan Islam secara kaffah, pada faktanya
kini dijumpai banyaknya penyimpangan dari kewajiban tersebut. Akibatnya
Islam belum menjadi rahmat, kehidupan umat Islam pun diliputi banyak
kesulitan. Mari kita perhatikan kondisi umat Islam yang saat ini
terpuruk. Banyaknya problem umat baik bidang ekonomi, politik
kekuasan, sosial-keluarga, pendidikan, keamanan, dan lain-lain menunjukkan
bahwa meski Islam menjadi agama mereka, namun keberkahan dari Allah SWT belum
diturunkan kepada umat Islam. Itu semua dikarenakan umat meninggalkan
Islam, atau mengambil Islam hanya sebagian.
Peringatan Allah SWT
berikut semestinya kita renungkan, QS Al Mu’minun : 71, QS Ar Ruum : 41.
Sungguh tak ada jalan lain untuk keluar dari persoalan tersebut melainkan jika
kita membali kepada petunjuk Allah SWT, melalui pelaksanaan Islam secara
sempurna. Sebab, itulah yang dijanjikan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya
yang bertaqwa (QS Al A’raf : 96).
Bangkit dari Keterpurukan Sejatinya, umat Islam adalah sebaik-baik umat
(QS Ali Imran : 110). Predikat ini selayaknya mendorong umat untuk maju
melakukan perubahan. Apalagi Allah SWT telah menyerahkan urusan
kebangkitan ini kepada umat Islam sendiri. Jika kaum muslim mau berusaha
Allah pun akan memberikan kemenagan itu (QS. Ar Ra’du : 11, QS Muhammad
[47] : 7).
Dari sinilah, selayaknya
umat Islam secara keseluruhan berusaha menghadirkan kembali Islam dalam bentuk
yang bisa mengantarkan rahmat Allah SWT. Kesadaran ini juga didorong oleh
wasiat baginda Rasulllah saw. agar kita senantiasa menyibukkan diri pada urusan
agama ini dan umat Islam.
"Barangsiapa di pagi hari perhatiannya kepada selain Allah, maka Allah
akan berlepas dari orang itu. Dan barangsiapa di pagi hari tidak memperhatikan
kepentingan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum
muslimin)". (al Hadits).
Dahulu kaum muslim
berjaya karena menegakkan Islam secara sempurna. Baginda Rasulullah saw.
pun telah mencontohkan perikehidupan bermasyarakat yang melahirkan
kesejahteraan, kedamaian, keamanan dan kemajuan bagi kaum muslim dalam berbagai
sisi. Tatanan kehidupan tersebut selanjutnya diteruskan oleh para
khalifah sesudah beliau. Para shahabat bersepakat untuk menjaga bentuk
masyarakat yang dipimpin Rasulullah saw. tersebut karena mereka meyakini bentuk
masyarakat ini adalah perkara yang diperintahkan syariat sehingga tidak boleh
ditinggalkan.
Maka kaum muslim selama
hampir 13 abad meneruskan bentuk masyarakat Islam yang dicontohkan baginda Nabi
saw. itu. Selama itu pula kaum muslim memperoleh kebaikan, bukan saja di
sisi Allah SWT karena menerapkan syariat-Nya secara kaffah. Namun juga
kebaikan di hadapan manusia di seluruh penjuru dunia karena kemajuan peradaban
yang pernah diraihnya.
Masyarakat Islam yang
menebar rahmat bagi seluruh alam pernah hadir dalam kurun perjalanan manusia di
dunia ini. Masyarakat inilah yang oleh para fuqoha (ulama) disebut dengan
Khilafah Islamiyyah. Bentuk masyarakat Islam inilah yang mengantarkan
keindahan Islam secara hakiki.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar