PENALARAN
Penalaran adalah proses pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan yang logis berdasarkan fakta yang relevan. Dengan kata lain,
penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik
kesimpulan. Menurut prosesnya, penalaran dibedakan menjadi dua yaitu:
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran
induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang
khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain simpulan yang
diperoleh tidak boleh khusus dari pada pernyataan (premis). Penalaran induktif
merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan
melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup
mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik
generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan
persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala
merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan
generalisasi.
Induksi
merupakan cara berpikir di mana ditarik dari suatau kesimpulan yang bersifat
umum dari berbagai kasus yang bersifat individu. Penalaran secara induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum.
Proses induksi
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a).GENERALISASI
a).GENERALISASI
Generalisasi ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas jumlah gejala
dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala serupa. Generalisasi dibuktikan dengan data, contoh,
statistic dll
Contoh :
Contoh :
Orang yang menjadi kader partai korupsi
Orang yang menjabat sebagai ketua umum partai korupsi
Generalisasi : Orang yang berkerja di partai korupsi
Jenis-jenis
generalisasi :
- Generalisasi Tanpa Loncatan Induktif
Adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi atas dasar penyimpulan yang
telah diselidiki.
Contoh: data survey
LSM
- Generalisasi Dengan Loncatan Induktif
Adalah
generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki
diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki.
contoh: Hampir
seluruh partai mendapat pendapatan dari hasil korupsi.
b).
ANALOGI
adalah
suatu proses penalaran membandingkan sifat esensial yang mempunyai persamaan.
Dengan asumsi tersebut diasumsikan ada persamaan pula dalam hal lainya.
Ada 2 macam
analogi,yaitu :
- Analogi Induktif
Analogi
induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua
fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama
terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif
merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan
yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua
barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi
induktif :
Timnas Indonesia lolos dalam semifinal piala asia dengan demikian
timnas Indonesia akan masuk piala dunia di tahun mendatang dengan berlatih
setiap hari.
- Analogi Deklaratif
Analogi
deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang
belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi
dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita
ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi
deklaratif :
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik
diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana
manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara
akal dan hati.
c). HUBUNGAN
SEBAB-AKIBAT
Hubungan
sebab akibat diambil dengan menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang
lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu
atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta tersebut.
Penalaran induksi
sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
- Hubungan sebab – akibat
Dalam
hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian
ditarik kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh
Contoh
Belajar, berdoa, tekun dan tidak putus asa adalah hal yang bias membuat
kita berada di puncak kesuksesan.
- Hubungan akibat – sebab
Dalam
hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat,
selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan sebabnya.
Contoh :
Dewasa marak terjadi
tindak criminal di perkotaan seperti,tingkat stress yang tinggi, tawuran antar
wilayah dan bunuh diri yang disebabkan kenaikan harga bbm sehingga mengalami
kesulitan ekonomi.
- Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan
akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan
seterusnya.
Contoh penalaran
hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang hari idul fitri arus lalu lintas
di tol sangat ramai. Seminggu sebelum hari H jalanan sudah dipenuhi
kendaraan-kendaraan umum maupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan
pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau
mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang
sering menimbulkan kemacetan di mana-mana. Lebih dari itu bahkan tidak mustahil
kecelakaan menjadi sering terjadi.
Penalaran Deduktif
Logika dan
penalaran selalu terkait dengan istilah problem solving dan critical thinking.
Saat kita berhadapan dengan masalah, teka-teki, atau dilema, kita akan mencoba
untuk mencari solusi yang beralasan. Langkah pertama dalam dalam memecahkan
permasalahan (solving problem) adalah untuk memberikan definisi masalah secara
jelas. Langkah ini seperti tidak melakukan apa-apa, namun, ini menjadi awal
bagi tindakan yang terarah tepat menuju penyelesaian permasalahan. Selalu
tanyakan tentang, "apa yang sebenarnya harus dilakukan?" Sebelum kita
dapat menyelesaikan masalah, tentu kita harus memahami pertanyaan ini. Begitu
permasalahan telah didefinisikan, semua informasi yang relevan terhadapnya
harus dikumpulkan, diorganisasikan, dan di analisis. Dalam analisis ini kita
membandingkan pula dengan penyelesaian yang sebelumnya diketahui. Apakah sama?
Bagaimana bisa berbeda? Apakah solusi sebelumnya dapat diaplikasikan? Jika
sesuai, buatlah skema permasalahan; representasi visual sering memberikan
wawasan interpretasi petunjuk.
Sebelum
menggunakan rumus atau sebuah metode, tentukan bahwa metode tersebut relevan
terhadap situasi yang ada. Sebuah kesalahan umum bahwa kita sering menggunakan
solusi pada tempat yang tidak tepat. Bila sebuah metode pernah digunakan dengan
keberhasilan, gunakan kembali, bila tidak, cari penyelesaian standar yang
memungkinkan dikembangkannya metode lain yang lebih kreatif. Jangan pernah
mengkhawatirkan untuk mencoba sesuatu yang baru. "Bagaimana jika kita
mencoba ini..?" mungkin memberikan inspirasi solusi yang unik.
PENALARAN DEDUKTIF
Saat
permasalahan telah didefinisikan dan di analisis. Kita mungkin dapat memberikan
kategori tertentu pada permasalahan tersebut, hal ini mungkin memberikan
pengetahuan tentang solusi umum yang bisa digunakan. Singkatnya, ketika
ditanyakan solusi untuk persamaan , kita mengetahui bahwa ini adalah persamaan
berorde dua (sering disebut persamaan kuadrat).
Logika
deduktif dan struktur formal logika telah dipelajari selama bertahun-tahun,
ribuan tahun. Salah satu Ilmuwan Logika kuno, dan yang paling terkenal, adalah
Aristoteles (384 - 322 S.M). Dia adalah murid dari filsuf terkenal Plato dan
merupakan guru dari Alexander agung, penjelajah daratan dari Yunani sampai
India. Filosofi Aristoteles sangat berpengaruh, pengaruhnya mencapai Gereja
Katolik yang dibawa oleh St. Thomas Aquinas, bahkan mempengaruhi filosofi
modern. Selama berabad--abad, Logika yang dikembangkan Aristoteles menjadi
bagian dari studi pengacara dan politik dan digunakan untuk membedakan argumen
yang valid dan yang tidak.
Untuk
Aristoteles, logika merupakan alat yang diperlukan dalam semua penyelidikan/penelitian,
dan silogisme merupakan hasil dari semua buah pemikiran. Silogisme adalah
sebuah argumen yang dibentuk oleh dua pernyataan yang disebut premis (premis
mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi.
Untuk semua premis yang diberikan, jika kesimpulan dalam argumen terjamin
(dalam pengertian tidak ditemukan suatu sanggahan dengan cara bagaimanapun),
argumen tersebut valid. Jika kesimpulan tidak terjamin (dalam pengertian
minimal terdapat satu sanggahan yang tidak membenarkan kesimpulan), argumen
tersebut tidak valid.
Salah satu
silogisme populer Aristoteles adalah sebagai berikut:
1. Semua
pria meninggal
2. Socrates
adalah seorang pria
----------------------------------------------
Maka,
Socrates meninggal
Mayor premis
yang diaplikasikan pada minor premis menyebabkan kesimpulan yang tak
terbantahkan, maka argumen tersebut valid. Catat bahwa logika deduktif yang
digunakan dalam contoh 1 memiliki struktur yang sama dengan silogisme
Aristoteles tentang Socrates.
1. Semua
persamaan orde dua dalam satu variabel dapat diselesaikan dengan rumus abc.
2.
adalah persamaan orde dua dalam satu variabel.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Maka,
dapat diselesaikan menggunakan rumus abc.
Semua
silogisme tersebut dapat dituliskan secara umum dalam:
1. Jika A,
maka B
2. X adalah
A
-----------------------------
Maka, X
adalah B
Logika
deduktif ini sangat tepat diaplikasikan menggunakan diagram Venn. Valid dan
tidak valid sering disalah artikan dengan benar dan tidak benar. Perhatikan
contoh berikut ini.
1. Semua
doctor laki-laki
2. Ibuku
seorang doctor
--------------------------------------
Maka, Ibuku
laki-laki
Argumen
diatas merupakan argumen yang valid. Namun, argumen yang valid tidak menunjukan
kesimpulan yang benar. Seorang ibu tidak mungkin laki-laki! Validitas dan
kebenaran tidak memiliki pengertian yang sama. Argumen dikatakan valid bila
konklusi yang dihasilkan tak terbantahkan berdasarkan premis yang diberikan. Di
sini tidak dikatakan tentang kebenaran premis yang diberikan. Karena itu, dalam
menentukan validitas argumen, kita tidak sedang menentukan apakah kesimpulan
yang diambil benar atau tidak. Argumen dikatakan valid bila dari premis yang
diberikan, konklusi yang diperoleh logis. Memang benar, bila premis yang
diberikan pada argumen yang valid bernilai benar, konklusi yang diperoleh juga
bernilai benar.
Perhatikan
contoh lain berikut ini:
1. Semua
artis adalah aktivis politik
2. Tantowi
Yahya adalah aktivis politik
----------------------------------------------------------------
Maka,
Tantowi Yahya adalah seorang artis
Sekilas
kesimpulan tersebut terlihat valid. Hal ini karena kita semua tahu bahwa
Tantowi Yahya adalah seorang artis. Namun, bila kita melakukan analisa,
kesimpulan itu tidak diperoleh secara logis. Premis pertama menunjukkan bahwa
ada sebagian aktivis politik adalah seorang artis, yang berarti ada sebagian
lain yang bukan artis. Premis kedua adalah pernyataan spesifik bahwa Tantowi
Yahya adalah seorang aktivis politik. Tantowi Yahya bisa saja seorang artis,
tetapi bisa saja bukan (terlepas dari pengetahuan umum) berdasarkan premis.
Maka kesimpulan yang diperoleh tidak logis, karena adanya kemungkinan Tantowi
Yahya bukan artis menyebabkan argumen ini tidak valid. Namun, argumen yang
dikatakan tidak valid tidak berarti mengatakan bahwa kesimpulan yang diambil
salah, sebagai bukti, Kita semua tahu bahwa Tantowi Yahya adalah seorang artis.
Jadi Pernyataan kesimpulan dalam argumen diatas memang bernilai benar, namun,
berdasarkan premis, argumen tersebut bukanlah argumen yang valid.
Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang
hubungan yang terdapat di antarasubjek dan predikat. Dengan kata lain,
proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau
term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat perintah, kalimat
harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat
berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu
dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang
netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan
lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.
Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya
tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam
hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,
yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian
hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh
subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari
sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
Interferensi
Alwasilah (1985:131) mengetengahkan
pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa
interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan
membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan
satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109)
mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa
menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi),
tata kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik)
(Suwito,1985:55). Menurut pendapat Chaer (1998:159) interferensi pertama kali
digunakan oleh Weinrich untuk menyebut adanya perubahan sistem suatu
bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur
bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Interferensi
mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu bahasa dengan
memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa lain dalam
suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiwa interferensi.
Sedangkan, menurut Hartman dan Stonk dalam Chair (1998:160) interferensi
terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau
dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua.
Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam
bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu dihindari karena pola
struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa. Misalnya, Rumahnya
ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau Makanan itu telah dimakan
oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin. Bentuk tersebut
merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan bentuk tersebut
yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di kampung ini,
Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya katakan kepadamu
kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena ada padanan konteks
dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing kampung iku,
dan seterusnya
Interferensi Semantik
Interferensi Semantik
Berdasarkan bahasa resipien (penyerap)
interferensi semantis dapat dibedakan menjadi,
Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien menyerap konsep kultural
beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai perluasan (ekspansif).
Contohnya kata demokrasi,politik, revolusi yang berasal dari bahasa
Yunani-Latin.
Yang perlu mendapat perhatian, interferensi harus dibedakan dengan alih
kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan Agustina (1995:158) adalah
peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur karena
adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan dengan sengaja. Sementara itu,
campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling
memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten.
Interferensi merupakan topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat
pemakaian dua bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan,
yaitu penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab
terjadinya interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa
tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer,1995:158). Biasanya
interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang menginterferensi
adalah bahasa pertama atau bahasa ibu
Implikasi
Perhatikan pernyataan berikut ini: “Jika
matahari bersinar maka udara terasa hangat”, jadi, bila kita tahu bahwa
matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan
sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”.
”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”.
“Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar
WUJUD EVIDENSI
A. Penfertian Wujud Evidensi
Yaitu Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal dengan pernyataan dan penegasan. Pernyataan tidak berpengaruh apa-apa pada evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara nyata.
B. Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut ada dua tingkat. Yang pertama untuk meyakinkan bahwa semua bahan data tersebut adalah fakta. Yang kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Cara menguji fakta ada dua yaitu :
1. Konsistensi
2. Koherensi
C. Cara Menguji Otoritas
Metode ini digunakan untuk menguasai ilmu pengetahuan jika metode pengalaman tidak dapat digunakan secara efektif. Cara lain dengan bertanya atau menggunakan pengalaman orang lain. Seorang mahasiswa tidak perlu pergi ke bulan untuk mengetahuitentang keadaan dan situasi bulan. Mereka dapat bertanya pada dosennya atau orang yangmempunyai pengalaman dalam bidangnya.
Sumber :
http://idorastafara.blogspot.com/2012/03/makalah-penalaran-induktif.html
http://ratihseptiaryani.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-contoh-dari-proposisi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar